Senin, 27 Juni 2011

BAHAN KIMIA BERBAHAYA


BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA BIDANG KIMIA
1. BAHAN KIMIA BERBAHAYA
Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang[1].
1.1 Penggunaan Bahan Kimia[2]
Bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja yang dapat dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu :
  1. Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia, diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat , deterjen, dan lain-lain.  Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang ditandai dengan penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik dalam sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi suatu zat[3].
  2. Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik, pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.
  3. Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembangan serta pendidikan.  Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh industri, lembaga penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.
Dalam lingkungan kerja tersebut, banyak bahan kimia yang terpakai tiap harinya sehingga para pekerja terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Bahaya itu terkadang meningkat dalam kondisi tertentu mengingat sifat bahan-bahan kimia itu, seperti mudah terbakar, beracun, dan sebagainya.  Dengan demikian, jelas bahwa bekerja dengan bahan-bahan kimia mengandung risiko bahaya, baik dalam proses, penyimpanan, transportasi, distribusi, dan penggunaannya. Akan tetapi, betapapun besarnya bahaya bahan-bahan kimia tersebut, penanganan yang benar akan dapat mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya yang diakibatkannya.
1.2 Klasifikasi Umum[4]
Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan pengenalan serta cara penanganan dan transportasi.  Secara umum bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.
Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu.  Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain.  Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan  menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang[5].  Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain.
Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan.  Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia).
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran.  Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3).
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.
9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)
Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.
Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena memang mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.
1.3 Sistem Klasifikasi PBB[6]
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) memberikan klasifikasi bahan berbahaya seperti tabel berikut ini.
Tabel 2.2 :  Klasifikasi bahan berbahaya berdasarkan PBB

FLOW METER

FLOW METER

I.        TUJUAN
Ø  Untuk mengetahui perbedaan tekanan pada dua titik.
Ø  Mendemonstrasikan aplikasi plat orifice dalam pengukuran laju aliran dan kecepatan aliran di dalam pipa.
Ø  Mendemonstrasikan aplikasi sebuah venturi meter dalam pengukuran laju aliran dan kecepatan aliran di dalam pipa.
Ø  Mendemonstrasikan aplikasi pengukuran laju aliran dan kecepatan aliran di dalam pipa dengan memakai plat berbentuk U dan V.

II.     PERINCIAN KERJA
Ø  Pengkalibrasian manometer raksa
Ø  Pengukuran kecepatan alir dalam orifice dan venturi meter
Ø  Pengukuran kecepatan alir memakai plat U
Ø  Pengukuran kecepatan alir memakai plat V

III.  ALAT yang DIGUNAKAN
Ø  Instalasi pipa aliran
Ø  Plat Orifice
Ø  Ventury Tube
Ø  Plat berbentuk U dan V
Ø  Alat ukur ketinggian permukaan (Height Gauge)
Ø  Stopwatch

IV.  BAHAN yang DIPAKAI
Ø  Air bersih
Ø  Aquadest

V.     DASAR TEORI
? Flowmeter dan Ukuran Arus
Arus zat cair umumnya kebanyakan diukur dengan menggunakan ujung flowmeter. Cara kerja dari flowmeter ini didasarkan pada persamaan Bernoulli. Flowmeter dengan pipa penyalur tertutup dapat dipergunakan pada zat – zat gas maupun cair. Sedangkan flowmeter dengan pipa penyalur terbuka hanya dapat dipergunakan pada zat cair. Ujung flow meter terdiri dari lubang / mulut, venturimeter, alat pemercik arus, tabung pitot, dan weirs. Flowmeter terdiri atas sebuah elemen primer yang menyebabkan tekanan dan elemen sekunder yang berfungsi untuk mengukur hal tersebut. Elemen primer tidak mengandung banyak bagian yang bergerak. Umumnya kebanyakan elemen sekunder dengan flowmeter yang tertutup adalah sebuah manometer dengan tabung berbentuk U. Zat dalam sebuah lengan manometer dipisahkan dari lengan yang lainnya dengan menggunakan zat cair berberat jenis lebih tinggi yang biasanya disini digunakan air raksa.
Tekanan dalam sebuah manometer adalah ( P1 + r.rh.g ) pada lengan 1 dan ( P2+ rm.rh.g ) pada lengan 2 dimana r dan rm adalah berat jenis zat arus dan cairan pemisah berturut – turut. Kedua tekanan ini sama saat kedua lengan manometer dihubungkan oleh sebuah kolom zat cair yang bersambung. Oleh karena itu :

HUMIDIFIKASI


BAB III
HUMIDIFIKASI


Pendahuluan

            Secara harafiah operasi humidifikasi berarti operasi kelembaban. Namun di dalam praktek, operasi humidifikasi mempunyai arti yang lebih luas yang tidak saja terbatas pada operasi kelembaban saja, tetapi juga meliputi operasi dehumidifikasi (menurunkan kelembaban), pendinginan cairan, pendinginan gas dan pengukuran kelembaban gas. Bahan yang ditransfer diantara fase-fase dalam operasi humidifikasi meliputi bahan fase cair murni yang ditransfer dengan cara penguapan atau pengembunan. Di dalam operasi humidifikasi ini, disamping terjadi transfer massa juga terjadi transfer panas, sehingga di dalam operasi ini disamping perlu mengetahui karakteristik keseimbangan sistem, juga perlu diketahui karakteristik entalpi sistem.       
            Dalam operasi humidifikasi, lebih-lebih bila diterapkan pada sistem udara-air, ada beberapa dafinisi yang lazim digunakan. Perhitungan keteknikan disini biasanya ialah satuan massa gas bebas-uap, dimana dengan “uap” dimasukkan adalah bentuk gas dari komponen yang juga terdapat sebagai zat cair, dan :”gas” adalah komponen yang hanya terdapat dalam bentuk gas saja. Dalam pembahasan ini, kita akan menggunakan satuan massa gas bebas-uap sebagai dasar perhitungan. Dalam fase gas, uap akan dinamakan komponen A dan gas tetap komponen B. Oleh karena sifat-sifat campuran gas-uap itu berubah sesuai dengan tekanan totalnya, tekanan harus ditetapkan dulu. Kecuali bila dinyatakan lain, kita andaikan tekanan total 1 atm. Demikian pula, kita andaikan bahwa gas dan uap itu mematuhi hukum gas ideal.
            Kelembaban (humidity) ialah massa uap yang dibawah oleh satu satuan massa gas bebas-uap. Menurut defini ini, kelembaban hanya bergantung pada tekanan bagian uap di dalam campuran bila tekanan total dibuat tetap. Jadi tekanan bagian uap adalah PA atm, rasio molal antara uap dan gas pada 1 atm adalah  PA/(1 – PA)

3.1.       Kurva Tekana Uap
Setiap cairan akan memberikan tekanan uap keseimbangan, yang harganya
tergantung kepada temperatur. Apabila tekanan uap keseimbangan, yang sering juga disebut tekanan uap, dibuat grafik terhadap temperatur maka akan diperoleh gambar 3-1. Kurva tekanan uap setiap zat adalah khas, namun bentuk umumnya adalah seperti yang terlihat pada gambar 3-1. Kurva cairan dibatasi oleh dua buah titik, yaitu titik kritis C dan titik tripel T. Pada kurva ini, cairan dan uap berada dalam keseimbangan. Pada titik kritis perbedaan antara fase cair dan fase uap sudah tidak ada lagi, dan semua sifat-sifat cairan seperti rapat massa, kekentalan, indeks  bias dan lain-lain menjadi sama dengan sifat-sifat uap. Di dalam gambar 3-1 tersebut juga dilukiskan kurva keseimbangan yang menunjukkan hubungan keseimbangan antara zat padat dengan cairan, dan antara zat padat dan uap. Dengan adanya ketiga kurva TA, TB dan TC tersebut, maka daerah didalam diagram dibagi menjadi 3 daerah, yaitu daerah zat padat, cairan dan uap



Text Box: Tekanan


Titik P didalam diagram, menunjukkan zat dalam keadaan cair pada tekanan 1 atmosfir dan temperatur tertentu. Kalau zat ini dipanaskan pada tekanan tetap, maka zai ini akan mendidih pada titik Q. Pemanasan selanjutnya, zat ini akan tetap berada pada titik Q, selama zat cair masih ada. Kalau semua zat cair telah berubah menjadi uap, pemanasan akan mengakibatkan titik bergerak kekanan, misalnya sampai titik R. Panas yang digunakan untuk memanaskan cairan dari P sampai Q, atau untuk memanaskan uap dari Q sampai R disebut panas sensible, sedangkan panas untuk menguapkan cairan pada Q disebut panas laten penguapan. Perlu diperhatikan bahwa pada panas sensible tidak ada perubahan fase, sedangkan pada panas laten terjadi perubahan fase. Selanjutnya temperatur dimana cairan mendidih apabila tekanan luar sama dengan 1 atmosfir disebut titik didih normal.

3.2.       Interpolasi Antar Data

Pada kurva tekanan uap, gambar 3-1, terlihat bahwa kurva tekanan uap berupa suatu garis lengkung. Suatu cara yang biasa digunakan untuk interpolasi tekanan uap diantara data tekanan uap yang tersedia yaitu berdasrkan persamaan Clapeyron.
                             …………….  (3-1)
Dimana : dP/dT  adalah kecepatan perubahan tekanan terhadap temperature yang merupakan lereng kurva tekanan uap,  l  adalah pans penguapan molar, T adalah temperature absolute, VV dan VL masing-masing adalah volume molar uap dan cairan.
            Kalau volume molar cairan diabaikan terhadap volum molar uap, dan kalau dianggap bahwa uap mengikuti persamaan hokum gas ideal yaitu PV  = RT, maka persamaan (3-1) dapat dituliskan :
                                               …………….  (3-2)
Apabila untuk suatu daerah temperature yang ditinjau,  l dianggap tetap, maka integrasi persamaan (3-2) memberikan :
                                        …………….  (3-3)
            Persamaan (3-3) berarti bahwa apabila  ln P  dibuat grafik terhadap 1/T, maka untuk daerah temperature yang ditinjau akan diperoleh suatu garis lurus. Apabila persamaan (3-2) diintegralkan antara batas temperature T1 dan T2 yang sesuai dengan tekanan P1 dan P2 dengan anggapan bahwa  l harganya tetap untuk daerah temperature ini, maka diperoleh :
                                      …………….  (3-4)
Atau
                                      …………….  (3-5)
Selanjutnya persamaan (3-4) dan (3-5) dapat digunakan untuk menentukan tekanan P2 pada T2, apabila tekanan P1 pada T1 diketahui.

3.3.Campuran Gas – Uap

Pada dasarnya, secara fisis tidak ada perbedaan antara gas dengan uap. Namun dalam pembicaraan operasi humidifikasi perlu dibedakan antara keduanya. Uap adalah zat dalam fase gas yang relative dekat dengan temperatur kondensasinya, sedangkan gas adalah zat dalam fase gas yang jauh dari temperature kristisnya. Didalam pembicaraan selanjutnya uap diberi simbol A dan gas diberi simbol B. Beberapa istilah yang banyak dijumpai dalam operasi humidifikasi ialah :
Ø   Kelembaban Absolut
Kelembaban absolute adalah perbandingan antara massa gas. Ada 2 macam kelembaban absolute, yaitu kelembaban absolute massa   dan kelembaban absolute molar  yang masing-masing didefinisikan sebagai :
                                          …………….  (3-6)
                                    …………….  (3-7)
            Untuk campuran gas, perbandingan mole adalah sama dengan perbandingan fraksi mole dan perbandingan tekanan parsial, sehingga persamaan (3-7) dapat ditulis :
                                …………….  (3-8)
            Selanjutnya hubungan antara kelembaban absolute massa dengan kelembaban absolute molar ialah :
                          …………….  (3-9)

Ø   Persentase  Kelembaban
Persentase kelembaban atau persentase kejenuhan () ialah rasio kelembaban nyata (actual) terhadap kelembaban jenuh () pada suhu gas, juga atas dasar persen, atau :
    …………….  (3-10)
Campuran gas-uap dengan berbagai persentase kelembaban relative dapat ditunjukkan dalam diagram yang menyatakan hubungan antara tekanan uap dengan temperature, seperti terlihat pada gambar 3-2 dibawah.


Text Box: Y’  =   lb  uap/lb  gas

Semua kurva dengan persentase kejenuhan tetap akan memotong garis titik didih pada titik yang tidak terhingga jauhnya.


Ø   Kelembaban Relatif
Kelembaban relative () didefinisikan sebagai rasio antara tekanan bagian uap dan tekanan uap zat cair pada suhu gas. Besaran ini biasanya dinyatakan atas dasar persen, sehingga kelembaban 100 persen berarti gas jenuh, sedang kelembaban 0 persen berarti gas bebas uap. Sesuai definisi,
                                               …………….  (3-11)
Ø   Gas Jenuh (Saturated Gas)
Gas jenuh ialah gas dimana uap berada dalam keseimbangan dengan zat cair pada suatu gas. Tekanan bagian uap didalam gas jenuh sama dengan tekanan uap zat cair pada suhu gas. Jika () adalah kelembaban jenuh, dan P’A tekanan uap zat cair, maka
                             …………….  (3-12)

Ø   Kalor Lembab (humid Heat)  =  CS
Kalor lembab ialah energi kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 lb atau 1 g gas, beserta segala uap yang dikandungnya, sebesar 1 oF atau 1 oC. Jadi,
            CS   =  CPB  +  CPA . H            …………….  (3-13)
Dimana CPB  dan  CPA masing-masing ialah kalor spesifik gas dan kalor spesifik uap pada tekanan tetap.

Ø   Volume Lembab (humid Volume)  =  VH
Volume lembab ialah volume total satu satuan massa gas bebas uap beserta segala uap yang dikandungnya, pada tekanan 1 atm dan suhu gas. Sesuai dengan hukum gas, VH dalam satuan fps dihubungkan dengan kelembaban dan suhu oleh persamaan,
                …………….  (3-14)
Dimana T adalah suhu absolute dalam derajat Rankine. Dalam satuan SI, persamaan itu adalah :
                        …………….  (3-15)
Dimana VH adalah dalam meter kubik per gram dan T dalam Kelvin. Untuk gas bebas uap,  H  =  0, dan  VH  adalah volume spesifik gas tetap. Untuk gas jenuh,  , dan  VH   menjadi volume jenuh (saturated volume).

Ø   Titik Embun (Dew Point)
Titik embun campuran gas-uap adalah temperature dimana campuran gas-uap menjadi jenuh, apabila didinginkan pada tekanan total yang tetap tanpa berkontak dengan cairan. Misalnya suatu campuran yang tidak jenuh yang ditunjukkan oleh titik M pada gambar 3-2, apabila didinginkan pada tekanan total yang tetap, akan bergerak mengikuti garis MN. Pada N campuran menjadi jenuh. Temperatur yang sesuai dengan kondisi terakhir ini adalah titik embun campuran (teb). Semua campuran yang mempunyai kelembaban absolute yang sama, mempunyai titik embun yang sama pula. Kalau campuran yang jenuh  N didinginkan lebih lanjut maka cairan akan memisah dan campuran akan bergerak mengikuti kurva 100% kejenuhan, misalnya sampai titik O. Jumlah cairan yang memisah untuk satu satuan berat gas adalah selisih kelembaban campuran gas-uap awal dan akhir, yaitu : H 1   -  H2’.


Ø   Entalpi Total  (Total Enthalpy)  =  H
Entalpi total ialah entalpi satu satuan massa gas ditambah uap yang terkandung didalamnya. Untuk menghitung H, diperlukan dua keadaan rujukan, satu untuk gas, satu lagi untuk uap. Umpamakan To ialah suhu acuan yang dipilih untuk kedua komponen, dan entalpi komponen B pada B cair kita dasarkan pada suhu To ini. Umpamakan suhu gas ialah T dan kelembabannya H . Entalpi total ialah jumlah ketiga faktor, yaitu kalor sensible uap, kalor laten zat cair pada To, dan kalor sensible gas bebas uap, jadi :
        ………….  (3-16)
Di mana   ialah kalor laten zat cair pada suhu To.  Dari persamaan (3-13) persamaan ini menjadi :
                                                    ………….  (3-17)

Ø   Keseimbangan Fase
Dalam operasi humidifikasi dan dehumidifikasi, fase zat cair adalah komponen tunggal. Tekanan bagian keseimbangan zat terlarut di dalam fase gas, oleh karena itu merupakan fungsi tunggal dari suhu bila tekanan total sistem itu dibuat konstan. Demikian pula pada tekanan sedang, tekanan bagian keseimbangan hampir tidak tergantung pada tekanan total dan dapat dikatakan sama dengan tekanan uap zat cair. Menurut hokum Dalton, tekanan bagian keseimbangan dapat dikonversikan menjadi fraksi mol keseimbangan ye dalam fase gas. Oleh karena zat cairnya murni, xe selalu satu. Data keseimbangan biasanya disajikan sebagai grafik ye Vs suhu pada suatu tekanan total tertentu, seperti terlihat untuk sistem udara-air pada 1 atm dalam gambar 3-3. Fraksi mol keseimbangan ye dihubungkan dengan kelembaban jenuh, sehingga persamaan menjadi,
                                              ………….  (3-18)
                
Gambar  (3-3)  Keseimbangan untuk sistem udara-air pada 1 atm

Ø   Suhu Jenuh Adiabtik
Perhatikan proses pada gambar 3-4. Gas dengan kelembaban awal H  dan suhu T mengalir secara kontinu didalam alat kontak A yang diisolasi sempurna sehingga prosesnya adiabtik. Zat cair disirkulasikan oleh pompa B dari reservoir pada dasar alat kontak (kamar siram) melalui alat semprot C dan kembali ke dalam reservoir. Gas yang mengalir melalui kamar siram itu menjadi lebih dingin dan lembab. Suhu zat cair itu akan mencapai suatu keadaan steadi TS yang disebut suhu jenuh adiabatic (adiabatic saturation temperature). Kecuali jika gas yang masuk itu jenuh, suhu jenuh adiabatic selalu lebih rendah dari suhu gas masuk. Jika kontak antara zat cair dan gas itu cukup baik sehingga zat cair dan gas keluar berada keseimbangan, gas yang keluar akan jenuh pada suhu TS. Oleh karena zat cair yang menguap ke dalam gas itu hilang dari kamar itu, maka diperlukan tambahan zat cair pengganti. Untuk menyederhanakan analisis kita, penambahan zat cair ke dalam reservoir itu diandaikan pada suhu TS.

Gambar  (3-4)   Penjenuhan adiabati

 
     


Sekarang kita dapat membuat neraca entalpi pada proses ini. Kerja pompa kita abaikan, dan neraca entalpi kita dasarkan atas suhu dasar TS. Entalpi zat cair penambah oleh karena itu , adalah nol, dan entalpi total gas masuk sama dengan gas keluar. Oleh karena total gas keluar berada pada suhu rujukan, entalpinya hanyalah  , dimana  ialah kelembaban jenuh dan   ialah kalor laten, keduanya pada suhu TS. Dari persamaan (3-17), entalpi total gas masuk ialah :
, dan neraca entalpi menjadi,
                                   ………….  (3-19)
Ø   Grafik Kelembaban
Diagram yang menunjukkan sifat-sifat campuran udara dan air pada 1 atm disebut grafik kelembaban (humidity chart), seperti yang disajikan pada gambar (3-5), grafik ini didasarkan atas grafik Grosvenor. Pada gambar (3-5), suhu dipetakan sebagai absis sedang ordinatnya adalah kelembaban. Setiap titik pada grafik itu menunjukkan satu campuran tertentu antara udara dan air. Garis kurva bertanda 100% menunjukkan kelembaban udara jenuh sebagai fungsi suhu udara. Dengan menggunakan tekanan uap air, koordinat titik-titik pada garis ini bisa didapatkan dari persamaan (3-12). Setiap titik yang terletak di atas dan sebelah kiri dari garis jenuh itu menunjukkan suatu campuran udara dan air. Daerah ini hanya penting untuk memeriksa pembentukan kabut (fog). Setiap titik yang terletak di sebelah bawah garis jenuh menunjukkan udara yang tidak jenuh, dan titik-titik pada sumbu suhu adalah udara kering. Garis-garis lengkung antara garis jenuh dan sumbu suhu yang ditandai dengan persen menunjukkan campuran udara-air pada persen kelembaban tertentu. Sebagaimana terlihat dari persamaan (3-10), interpolasi lurus antara garis jenuh dan sumbu suhu dapat digunakan untuk menentukkan letak garis-garis dengan kelembaban konstan.
Garis-garis miring ditarik ke bawah dan kekanan garis jenuh disebut gari-garis pendinginan adiabatic (adiabatic-cooling lines). Garis-garis ini merupakan pemetaan dari persamaan (3-19), di mana masing-masingnya menunjukkan satu nilai konstan suhu jenuh adiabtik. Untuk setiap nilai Ts tertentu, Hs dan lS adalah tetap, dan garis H  VS T dapat kita petakan dengan memberikan nilai-nilai pada H  dan menghitung nilai-nilai T yang bersangkutan. Pemeriksaan terhadap

Gambar  (3-5)   Grafik kelembaban udara-air pada 1 atm 
 
 

persamaan  (3-19) menunjukkan bahwa kemiringan garis pendinginan adiabatik, jika digambarkan pada koordinat yang benar-benar siku-siku, ialah  -  CS/lS, dan dari persamaan (3-13), kemiringan ini bergantung pada kelembaban. Pada koordinat siku-siku, oleh karena itu, garis-garis pendinginan adiabatik tidaklah lurus dan tidak pula sejajar. Pada gambar (3-5), ordinatnya telah diubah sedemikian rupa untuk menghasilkan garis adiabatik yang lurus dan sejajar satu sama lain, sehingga memudahkan interpolasi diantara garis-garis itu. Ujung garis adiabatik gambar itu diberi tanda dengan suhu jenuh adiabatik yang bersangkutan.
            Pada gambar (3-5) tertera pula garis-garis mengenai volume spesifik udara kering dan volume jenuh. Kedua garis itu merupakan grafik volume terhadap suhu. Volume dibaca pada skala sebelah kiri. Koordinat titik-titik pada garis ini dihitung dengan menggunakan persamaan (3-14). Interpolasi antara garis, atas dasar persen kelembaban memberikan volume lembab udara tak jenuh. Demikian pula, hubungan antara kalor lembab CS dan kelembaban juga digambarkan  sebagai satu garis pada gambar (3-5). Garis ini adalah penggambaran dari persamaan (3-13). Skala untuk CS dicantumkan pada bagian atas diagram.

Ø   Penggunaan Grafik Kelembaban
Manfaat grafik kelembaban sebagai sumber data menganai campuran udara-air tertentu dapat ditunjukkan dengan merujuk kepada gambar (3-6), yang merupakan sebagian dari grafik pada gambar (3-5). Andaikan bahwa suatu arus tertentu udara yang belum jenuh berada pada suhu T1 dan persen kelembaban . Udara ini ditunjukkan oleh titik A pada grafik. Titik ini merupakan titik potong
Gambar  (3-6)  penggunaan grafik kelembaban